Profil







Desa Bahasa Borobudur berdiri pertama kali pada tahun 1998 dan sempat mati suri atau tidak ada activitas kurang lebih selama 5 tahun. Sejak 11 Mei 2011 Alhamdulillah aktif lagi dengan semangat baru dan metode baru maka berani memberikan Garansi mengulang seumur hidup.

Apa itu Desa Bahasa Borobudur ? 

Desa Bahasa Borobudur salah satu elemen pendidikan untuk ikut serta mencerdaskan anak bangsa, dengan Desa Bahasa kita bisa berbuat apalagi dengan di dukung English Revolution yang ada pada Desa Bahasa semakin yakin dan mantap, bahwa Generasi saat ini butuh wadah untuk LIFE SKILL . pendidikan yang memperbanyak praktek dan melibatkan para praktisi. Jadi Desa Bahasa bukan sekolah formal tapi informal dan dikelola oleh perseorangan . sempat di pertengahan berdirinya Desa Bahasa Borobudur kita serahkan pada para tokoh masyarakat khusunya para kepala Dusun tapi tidak bisa jalan dan malah mati, karena untuk pengelolaan Desa Bahasa Borobudur ini butuh banyak hal. Pengelola harus siap berkorban antara lain :

1. Waktu 
Jika pengelola atau pendiri Desa Bahasa tidak punya waktu maka aktivitas jelas tidak akan berjalan seperti yang kita harapkan , waktu yang di butuhkan untuk pendirian Desa Bahasa benar-benar harus ada dan kalau bisa harus total. banyak teman penulis dan tamu di Desa Bahasa ingin mendirikan Desa Bahasa di tempat lain. tapi ketika saya tanya , apakah anda mempunyai waktu yang cukup untuk selalu memikirkan Desa Bahasa ? mereka selalu senyum-senyum dan bilang saya ada waktu tapi saya tidak bisa fokus. Dengan jawaban tersebut sudah menandakan ketidakseriusan mereka, tapi hanya angan-angan saja. Karena desa bahasa itu tempat pendidikan yang banyak praktek dan pendukung life skill, Desa Bahasa tidak hanya profit saja yang di cari tapi juga sosial, sehingga membutuhkan waktu yang cukup.

2. Tenaga 
Mempunyai waktu tapi tidak mau menggerakkan tenaga untuk kebaikan di masyarakat jelas juga tidak akan ada gunanya, aktifitas Desa Bahasa sangat luar biasa banyak, sehingga kita benar-benar harus action untuk merealisasikan program-program Desa Bahasa Borobudur. tamu dan teman penulis kebanyakan ingin mendirikan desa bahasa Borobudur hanya ingin dapat ilmu English Revolution. Tapi faktor pendukung utama keterlibatan dan kesadaran masyarakat tidak di prioritaskan, sehingga tenaga untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan berbasis life skill tidak di lakukan, dan tidak kalah pentingnya pengelola Desa Bahasa harus selalu silaturakhmi ke warga, para tokoh , LSM , Seminar, Undangan pemerintah, Undangan relasi dan pendekatan terhadap warga setempat khususnya Generasi penerus .

3. Biaya 
Setiap orang ketika melihat situasi Desa Bahasa Borobudur saat ini selalu melihat pada sisi keberhasilannya, tapi bukan di lihat dari proses dari awal hingga sampai saat ini. maka dengan permintaan buku Revolusi Bahasa Inggris ini saya mohon izin untuk berbagi pengalaman, agar generasi muda saat ini atau yang akan datang tidak mudah putus asa. kenapa biaya sangat penting? dan darimana biaya itu untuk mendirikan Desa Bahasa ? dua pertanyaan tersebut sudah jelas kalau seseorang ingin mendirikan Desa Bahasa sudah banyak mikir dan takut resiko, jika kita ingin mendirikan Desa Bahasa khusunya perseorangan, kita harus siap tentang biaya yang akan kita keluarkan, ada tidak ada, punya tidak punya kita harus ada dan punya. Kita butuh biaya untuk :
a. Pembuatan brosur 
b. Papan nama
c. Uang transport silaturahmi
d. Membuat undangan 
e. Photo 
f. Membuat modul 
g. Membuat ruang kelas yang nyaman dan tidak seperti kelas yang ada di sekolahan.
h. Ruang tunggu 
i. Ruang kerja
j. Dokumentasi 
k. ATK 
l. Pembelian souvenir untuk motivasi 
m. Mengikuti seminar, workshop, pelatihan-pelatihan 
n. Memperbanyak modul 
o. Dll 
Itu masih bagian kecil dan masih banyak yang harus kita siapkan dan itu harus keluar uang atau biaya, sedangkan peserta di Desa Bahasa Borobudur dari tahun 1998 sampai saat ini khusus untuk warga 7 dusun “GRATIS” jadi biaya tersebut mutlak dari kantong kita sendiri. Maka jika perseorangan ingin mendirikan desa bahasa wajib siapkan keikhlasan untuk membiayai kebutuhan tersebut. dari tahun 1998 sampai 2017 peserta kursus di Desa Bahasa Borobudur 99 % Gratis, karena yang bayar di luar dari desa Ngargogondo hanya sebagian kecil atau Cuma 1 %. Karena banyaknya peserta kursus gratis dari 7 dusun tersebut , penulis tidak bisa bekerja di tempat lain, siang, sore dan malam untuk membimbing mereka, maka pada tahun 2007 Generasi pengajar yang bantu saya pada keluar, karena saya tidak mempunyai uang lagi untuk Gaji mereka walau mereka sebenarnya tidak di Gaji tapi hanya sebagai uang transportpun tidak mampu, jalan terbaik kita tutup total tanpa ada aktifitas di Desa Bahasa Borobudur, penutupan itu di dukung dengan kunjungan salah satu pejabat yang datang ke Desa Bahasa dan ternyata Desa Bahasa hanya di bantu 50 % saja untuk biaya penyambutan, terus sisanya darimana yaa? dari pinjaman pihak ketiga dan perseorangan. pada tahun itu kita tutup demi menjaga keharmonisan keluarga dan fokus pada lembaga pendidikan SPEC yang kami dirikan. 
Untuk bisa membangkitkan lagi Desa Bahasa Borobudur pengelola harus siapkan dulu bisnis pribadinya sehat dan ada hasilnya, jika tidak maka tidak bisa bangkit lagi, pengelola Desa Bahasa Borobudur sendiri tabu, alias malu untuk membuat proposal dana bantuan. Semangat mandiri dan inovasi selalu penyemangat hidup, setiap permasalahan pasti ada jalan keluar dan hikmahnya, pada akhir tahun 2011 , pendiri mencoba untuk membangkitkan kembali Desa Bahasa yang sedang mati suri, tapi dengan konsep baru dan tantangan baru agar Desa Bahasa tidak mati lagi , kalau perlu jika pendirinya nanti di panggil oleh sang Maha pencipta Desa Bahasa Borobudur tetap exist dan tetap bermanfaat bagi orang banyak , insya Allah dengan sudah adanya SOP dan pola baru hal tersebut bisa di pertahankan artinya Desa Bahasa Borobudur sudah tidak lagi tergantung pada sosok seseorang, tapi pada Management Professional ala Desa Bahasa . demikian sedikit gambaran tentang biaya atau pentingnya berkurban “BIAYA” penulis percaya bahwa sekecil apapun perbuatan baik kita, insya Allah tidak akan dilupakan.

4. PERASAAN / SABAR 
Di dalam ajaran agama apapun sabar termasuk ajaran yang bagus dan benar , apalagi di agama islam. Sabar adalah sebagian dari pada Iman, jika bagian tertentu kita hilang dan tidak dilakukan maka tidak akan baik dan bagus dalam logikanya akan cuil . pengelolaan Desa Bahasa di butuhkan kesabaran yang luar biasa , kita tidak boleh melawan mereka dengan emosi, dan sabar satu satunya cara terbaik untuk meredam ketidak cocokan, sedangkan kita harus memasukkan ide-ide kita agar bisa diterima oleh mereka tanpa banyak waktu, tenaga , biaya dan pikiran. Itu semua yang akan bikin kita tidak sabar , kita harus mengikuti ritme mereka, kita tidak boleh kalah dengan program dan ide yang tidak prospektif atau produktif. Lalu apa yang harus kita lakukan dan kita kerjakan, lakukan sosialisasi dan buktikan bahwa program kita program yang terbaik , sambil membuktikan hasil lulusan Desa Bahasa yang berprestasi dan mandiri dengan pendidikan life skill maka secara otomatis akan menyadarkan mereka dan akan membuat daya tarik atau magnit untuk di dekati. Desa Bahasa dengan programnya tidak usah menjanjikan yang tinggi-tinggi tapi cukup komitmen dengan visi misi Desa Bahasa, sesuai tujuan awal ingin mendirikan Desa Bahasa , kesabaran pengelola Desa Bahasa Borobudur yang sering terjadi di lapangan : 
  • Peserta “gratis” lebih sulit dari pada peserta yang bayar 
  • Lingkungan pasti ada yang tidak mendukung 
  • Ada beberapa tokoh yang akan merasa was-was jika pendiri Desa Bahasa berpengaruh di lingkungan. Maka provokasi dari luar akan mudah membakar api permusuhan dan penentangan. 
  • Tidak mudah untuk mendapatkan dukungan dari aparatur desa jika tidak ada upeti . 
  • Dinas terkait atau petugas terkait pendidikan biasanya mempersulit perizinan jika tidak ada upeti salam tempel amplop . 
  • Peserta kursus sulit untuk mentaati tata tertib.
  • Peserta Gratisan lebih mudah keluarnya daripada bergabungnya. 
  • Pendekatan terhadap orangtua gratisan perlu dilakukan , kadang berhasil kadang tidak.
  • Siap memotivasi pentingnya pendidikan dimanapun dan kapanpun. 
  • Tuntutan gratisan seringnya lebih aneh-aneh daripada yang bayar . 
  • Orang tua lebih suka , kalau anaknya membantu pekerjaannya daripada belajar di Desa Bahasa. 
Sebagai fasilitator pendidikan Gratis dan Guru, kita jangan harap minta di hormati, disegani atau mendapatkan ucapan terima kasih pada mereka, sebaliknya kita yang berterima kasih pada mereka , hormat pada mereka. 
Jangan hiraukan cemohan-cemohan mereka yang tidak suka , karena masyarakat yang suka 90 % dan yang tidak suka 10 % akan lebih menang yang tidak suka atau yang 10 % . 
Jika mereka atau warga ada yang bicara tidak enak di dengar dan cetus, segera perbanyak perbuatan baik pada mereka. 
Kadang harapan dan kenyataan berbeda jauh
Ungkapan sabar dari penulis, saya kira demikian semoga ada manfaatnya dan melalui buku ini jika ada yang tersinggung atau tidak sesuai dengan kebenaran menurut pembaca , saya mohon maaf yang sebesar-besarnya . semoga kemurahan maaf pada kami sebagai pintu Ridho Allah SWT pada kita semua.

1 komentar:

redaksi mengatakan...

alhamdulillah, salut untuk perjuangan desa bahasa. Semoga terus memberi manfaat untuk masyarakat.




BACA JUGA